Assalamualaikum Warrahmatullah Wabarakatu
Kenalkan namaku Dwi, sapa saja begitu. Aku tinggal di
Banjarbaru. Aku dilahirkan dan dibesarkan di keluarga yang sangat sederhana,
biasa-biasa saja . Bapak seorang purnawirawan PNS golongan II di TNI AD dan mama sebagai ibu
rumah tangga saja. Aku hanya memiliki 1 saudara perempuan yang usianya 8 tahun
lebih tua dariku.
Keluargaku bisa dikatakan keluarga yang awam terhadap ilmu agama. Aku mendapatkan ilmu agama dari sekolah umum dan pendidikan informalku di TPA Al-Qur’an. Aku tumbuh seperti anak-anak normal lainnya. Ku habiskan masa kecilku untuk belajar dan bermain. Pertama kali memakai hijab pada waktu SMA. Kebetulan aku masuk di sekolah negeri model percontohan Islami yang mewajibkan siswinya memakai jilbab. Tapi hanya sebatas itu saja karena keharusan. Aku beruntung karena masih diberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan bahkan sampai S1. Bapak termasuk orang yang concern terhadap pendidikan anak-anaknya. Bapak berusaha untuk memenuhi hal yang satu itu. Nah, pendidikan inilah yang mengantarkanku memasuki dunia kerja.
Setelah lulus kuliah aku bekerja di sebuah perusahaan
swasta yang bergerak dibidang penjualan jasa broadband internet di Banjarmasin
sebagai staf administrasi. Tapi tidak bertahan lama, karena sesuatu dan lain
hal ku putuskan untuk berhenti. Tak lama kemudian aku bekerja di sebuah
perusahaan swasta di Banjarbaru yang bergerak di bidang jasa rental alat berat
sebagai staf administrasi divisi pajak. Di divisi ini aku punya partner 1 orang
yang tentu saja lebih senior dariku :D Dia sudah jauh lebih paham tentang pajak
perusahaan. Aku sering menemaninya keluar kantor untuk mengurus pajak. Sampai
suatu hari dia mengajariku pada saat harus mengerjakan PPN dan PPh. Ada sesuatu
yang bertentangan dengan hati saat itu. ‘kok
gini sih? Harus begitu?aku gak mau ngerjain kalau begini’ gumamku dalam
hati.
Dari situ aku mulai berpikir untuk mencari pekerjaan lain
yang lebih sesuai dengan hati. Aku sebar
surat lamaran ke beberapa bank swasta. Kenapa ke bank? Karena peluang masih
banyak dan hatiku lebih menyukai pekerjaan yang langsung bersentuhan dengan
orang lain, melayani ya semacam itu pikiranku waktu itu. Alhamdulillah dari
semua bank yg aku lamar hanya 1 yang tidak memanggil untuk interview. Tapi
memang belum rezeki, atau mungkin aku bukan termasuk kategori wanita ‘cantik’
hehehe... Karena aku tau untuk bekerja
di bank salah satu syaratnya adalah good looking. Tak apa, aku masih belum
patah semangat.
Berawal dari info seorang teman di Pelaihari aku kemudian
melamar di sebuah perusahaan swasta yang bergerak dibidang keuangan. Atau lebih
tepatnya disebuah perusahaan pembiayaan motor. Kebetulan posisi yang dicari
saat itu adalah frontliner/ teller. Akhirnya aku berhasil diterima, yaa sesuai
dengan apa yang ku mau. Pekerjaannya langsung berhubungan dengan orang lain
dalam hal ini nasabah dan pekerjaannya adalah melayani. Oke lah tak masalah...
2 tahun berjalan, kemudian aku di rolling ke back office.
Meskipun tidak berhubungan langsung dengan nasabah tapi aku masih menikmati
pekerjaan ini. Salary cukuplah untukku yang merantau dan harus ngontrak.
Barang-barang rumah tangga dikontrakanku lengkap. Bahkan bisa travellingan ke
Bangkok ditahun 2013 tentu saja hasil dari tabunganku, senangnyaaaa... Tapi
ibadahku masih berantakan waktu itu L.
Setahun kemudian aku dimutasi ke frontliner lagi tapi kali ini sebagai
marketing. Tidak terlalu antusias awalnya tapi masih dinikmati. 8 bulan
kemudian aku mendapat promosi untuk menjadi supervisor marketing khusus RO
(Repeat Order) area Kalimantan (Kalimantan Selatan, Tengah dan Timur).
Sesungguhnya aku bukan tipe orang yang work a holic, aku hanya mengerjakan yang
seharusnya ku kerjakan. Aku juga bukan tipe orang yang ambisius untuk jabatan,
tapi aku justru mendapat kepercayaan dari perusahaan. Bahkan saat itu setelah
menerima SK pengangkatan aku justru sedih karena tidak siap. Jadilah konsultasi
ke seorang teman yang kebetulan beliau berprofesi sebagai psikolog di Bali.
Hasilnya aku tetap harus terima itu dan jalankan sesuai fungsiku. Oke
baiklah... lama kelamaan aku mulai menerima tanggung jawab yang lebih dari
biasanya. 4 bulan kemudian aku dan 6 orang teman yang dipilih dari ratusan
cabang seluruh Indonesia diundang untuk meeting di kantor pusat, Jakarta. Masih
merasakan haru dan bangga sampai hari itu. Semangat luar biasa bahkan sampai
pulang kembali ke cabang.
Oh iya, beberapa bulan diakhir 2014 aku merubah
penampilanku. Tadinya aku masih memakai celana panjang bahkan jeans ketat, nah
saat itu aku mulai untuk tidak lagi memakai jeans atau bahkan celana panjang.
Entah itu didalam atau diluar kantor aku memakai rok panjang. Aku mulai meninggalkan kerudung-kerudung yang
ku rasa terlalu pendek (tidak menutup dada). Prioritas belanjaku pun mulai
berubah pelan-pelan, aku lebih suka membeli rok panjang atau dress panjang yang
sopan. Kalian tau? Aku hanya termotivasi melihat teman satu kostku waktu itu.
Ku perhatikan dia ibadahnya baik, pakaiannya sopan, orangnya santun.
Beberapa bulan ini aku merasa hidupku lengkap aku punya
pekerjaan yang bagus ( tapi belum tentu baik ) aku punya pacar yang ganteng waktu itu (astagfirullah sadar wi sadaaaarr...), tapi justru ada sisi yang
kosong dalam hati yang aku sendiripun tidak paham. Aku mulai bertekad untuk
memperbaiki hidup, memperbaiki hubungan dengan penciptaku. Pelan-pelan mulai ku
jauhi pacar gantengku. Aku mulai ikut kajian , itupun juga awalnya karena
ajakan temanku tadi. Hari itu selasa malam ba’da maghrib aku pertama kali pergi
ke majelis ilmu. Ku kenakan pakaian terbaikku yang orang-orang katakan Syar’i.
Berulang kali kulihat diriku sendiri di depan kaca, ‘aah rasanya ada perasaan yang beda ,apa ya?’ . Tak ingin membuang waktu lama akupun
bergegas. Sampai disana pak Ustadz sudah mulai menyampaikan tausiyah. Pas
kebetulan sekali waktu itu materinya adalah tentang ‘HARTA YANG HALAL’.
Aku masih ingat kalimat beliau waktu itu dalam bahasa
banjar, ‘kada cukup hanya sembahyang,
puasa, membayar zakat, sadaqah, berbuat baik kepada kedua orang tua. Mencari
harta nang halal hukumnya WAJIB. Halal ini kada hanya secara dhahirnya tapi
sumbernya iya jua. Mencari harta nang halal tadi sama lawan jihad fii
sabilillah’. Aku mulai berpikir saat itu apakah pekerjaan yang ku kerjakan
ini halal? Apakah materi yang kudapat ini sumbernya halal? Rasanya ingin jatuh air
mataku saat itu, tapi buru-buru ku tepis. Kalau bahasa anak jaman sekarang ini
Ustadz nohok banget. Rasanya hati ini seperi disayat-sayat, sakit banget. Kemudian aku teringat pada seorang teman yang
ku kenal lewat akun facebook. Beliau pernah menyampaikan soal ini. Coba eksplor
Surat Al-Baqarah : 275 tentang hukum riba. Ku buka Al Qur’an dan kubaca
terjemahannya seperti ini :
Orang-orang yang memakan riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang
demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal
Allah telah menghalalkan juali beli dan mengharamkan riba. Barang siapa
mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah
diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang
siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal didalamnya.
Ngeri
sekali aku membacanya. Langsung meneteslah air mata ini tak mampu lagi ku
bendung. Ku keluarkan segala penat bersama air mataku. ‘Ya Allah, ternyata seperti ini jalan yang selama ini ku tempuh. Ini salah...!!!
Aku ingin keluar dari lingkaran ini. Hanya ini keinginanku’. Dan beiau kembali memberiku semangat dan
berkata ‘ tapi coba buka lagi An Nisa :
100’. Bergegas ku buka kembali, terjemahnya :
Dan barang siapa berhijrah di jalan Allah,
niscaya mereka akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki)
yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena
Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat
yang dituju), maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Ya,
Allah telah menjamin orang-orang yang berhijrah karena Allah. Sekali lagi Allah
telah menjamin itu. Apa yang harus ku khawatirkan??? Untuk memulai prosesnya pelan-pelan
aku mulai merubah cara berpakaianku. Aku mulai mengenakan gamis, dan kerudung
yang sedikit lebih besar dan panjang dari biasanya. Tentu saja aku dibully,
mereka bilang kerudungku seperti gorden, kelambu atau seprai. Yah tidak
masalah, aku hanya membalas dengan senyum.
Beberapa minggu ku pikirkan soal resign, aku mencoba
memohon petunjuk Allah lewat tahajud dan istikharah dan akupun mantap untuk
meninggalkan jalan ini. Beberapa kali ku
sampaikan niatku untuk resign dari pekerjaan ini ke orang tuaku. Tidak semudah
yang ku bayangkan ternyata. Orang tuaku tidak begitu saja menerima niatanku
ini, terutama Bapak. Secara tegas dan jelas Bapak hanya berkata ‘kalau kamu keluar Bapak terus terang tidak
setuju’. Aku sempat kesal dan ngambek, berhari-hari aku tidak telepon atau
memberi kabar ke rumah. Aku pikir cara ini juga salah, aku harus memikirkan
cara lain dan coba lagi nanti.
Akhirnya aku mengirimkan sms ke nomor bapak yang isinya ‘kalau ada waktu senggang dwi minta tolong
Bapak buka terjemah Al-Qur’an. Coba Bapak baca surat Al-Baqarah ayat 275
sementara dwi istikharah’. Tak lama kuterima sms balasan dari Bapak,’ya’. Hanya itu balasannya. Aku hanya
bisa berharap Allah membukakan hati Bapak.
1 minggu kemudian seperti biasa di weekend aku selalu
menyempatkan waktu untuk pulang ke rumah. Tak ku sangka, kali ini berbeda. Bapak memberi tanggapan positif terhadap
niatku. Keajaiban Al-Qur’an, Masya Allah J
Awal Agustus 2015 ku
sampaikan niatku ke HRD. Ya, aku tau mereka pun sedih mendengarnya. Mereka hanya
bertanya kenapa aku harus resign. Aku hanya bisa bilang ingin berwirausaha. Kebetulan waktu bekerja pun aku sudah memiliki
usaha sampingan, aku sudah menjadi Travel Agent. Nah aku ingin membangun lagi membesarkan usahaku dengan brand Raya
Travel. Aku mengerti berusaha sendiri mungkin tidak segampang seperti kita
bekerja disebuah perusahaan, karena kita hanya menjalankan sistem yang
ditetapkan. Tapi, kalau ridho orang tua sudah ditangan, insya Allah ridho Allah
pun menyertai dan Allah menjamin orang-orang yang berhijrah karena-Nya, apalagi
yang harus ku khawatirkan? Belajar untuk keluar dari zona nyaman.
Per 1 Sept 2015 kemarin aku resmi mengundurkan diri.
Antusias sekali karena aku tau dan yakin kalau ini baik. Tidak hanya untukku
tapi juga keluargaku. Karena aku menyayangi mereka dan ingin Allah mengumpulkan kami di surga-Nya.
Sebelumnya aku memohon kerendahan hati pada teman-teman,
siapa saja yang membaca tulisanku ini. Tidak ada maksud untuk men-show up,
mem-blow up, atau mengekspos proses hijrah yang ku alami. Hanya ingin berbagi,
hanya ingin semua orang yang menyayangkan resignnya aku dari pekerjaanku tidak
menebak-nebak alasan ku untuk resign. Hanya ingin meluruskan bahwa tidak ada
masalah internal dengan siapapun dikantor yang sudah ku tinggalkan. Semua
baik-baik saja. Bahkan di closing terakhir sebelum resign aku masih berusaha
mencapai hasil yang cemerlang.
Aku memohon maaf kepada semua pihak, teman-teman, atau
siapapun yang mungkin kurang berkenan dengan tulisanku ini. Berharap kalian
yang diluar sana, yang mungkin saat ini sedang mengumpulkan kekuatan untuk berhijrah,
teruslah berjuang untuk mengumpulkan kekuatan. Pupuk terus semangat hijrahnya. Karena
hidayah itu mahal kawan J
Tapi Allah akan membayar lebih banyak dan lebih baik dari yang kita bayangkan.
Terima kasih untuk orang tua, kakak, teman-teman dan sahabat
yang sudah memberikan support. Jazakumullah
khair... 1 hal yang bisa kukatakan bahwa hijrah itu gampang diucapkan,
terdengar mudah, tapi perlu full power untuk action. Namun bukan berarti
mustahil untuk dilakukan. Semangat!!! Aku kutip kata-katanya bunda Asma Nadia 'jika muncul niat untuk melakukan 1 ketaatan lagi padaNya, jangan tunda. Karena belum tentu ada hari esok'
Wassalam,
9 Sept 2015
LUAR BIASA mbak, Fenny juga lagi belajar menahan diri dari riba :(
BalasHapusAamiin... semoga Allah selalu menghindarkan kita dari itu ya mba fenny. btw thanks a lot yah udah bantu ubek-ubek blog diriku hehehe ups promo-promo
BalasHapusSelamat bergabung lg mba dwi di dunia perblogan... mudah2an di lancarkan usaha raya travelnya.. segera ketemu jodohnya yg ganteng lg soleh.. (ini kok kaya ucapa ultah ya) hahahah.. seneng lah pokoknya sm hijrahnya mba dwi..
BalasHapusMaacih mba Ruli, smua berkat doa tmn2 juga. Mba Ruli juga yg supportnya banget banget banget :D AAMIIN buat doanya ituh hehehe
BalasHapus