Tut...tuut..tuut.. tak ada
jawaban. Kemudian suara yang sama hanya
dengan tempo yang lebih cepat, tut tut tut suara telepon ditutup dari seberang
sana. Baiklah untuk kali ini aku akan menyerah, tapi tidak nanti.
Sudah kucoba hal yang sama beberapa hari sejak hari itu. Tapi
hal yang sama pula kudapatkan yaitu penolakan. Entah apa yang sudah terjadi,
entah apa yang sudah kulakukan. Beribu kali ku upayakan namun hasilnya masih saja
nihil. Tidak ada respon apa pun.
Hari ini, kuputuskan untuk menemuimu di tempat itu setelah
ku buat janji sepihak denganmu tak peduli apa jawabanmu. Tempat yang sama
beberapa waktu lalu aku dan kamu bertemu. Hanya saja ada yang sedikit berbeda
kali ini. Apa? Aku hanya bisa merasakannya, tapi tak mampu ku jelaskan dengan
lisanku. Ah, cukup aku dan mungkin kamu pun sama.
Jam 4 sore selepas ashar, matahari masih menampakkan
kegagahannya. Aku menunggumu, duduk sendiri sambil memperhatikan orang-orang
disekelilingku. Apa mereka melakukan hal yang sama sepertiku?pikirku. Sedang
menunggu seseorang kah? Tidak, mungkin hanya aku saja. Yang sedang harap-harap
cemas menunggumu lagi.
Waktu berjalan cepat, setengah jam, satu jam berlalu tanpa
ada tanda apapun. Baru saja aku memutuskan untukberdiri dari tempatku, ku lihat
sosok yang ku kenal itu berjalan ke arahku. Ya aku kenal baik, itu kamu.
Dengan langkah pasti, akhirnya kamu berdiri tepat
dihadapanku. Dengan senyum yang sama, kamu masih mau menyapaku. “ Hallo dinda,
apa kabar? “ Aku terpaku pada matanya, mata yang sama yang membuatku jatuh hati
waktu itu.
Bayangan masa lalu, masa-masa bersamamu seolah ku lihat lagi
dimatamu sekarang. Tubuhku kaku, lidahku pun kelu. Tuhan, bantu aku Tuhan bantu
aku. Hanya itu yang terpikir olehku saat ini.
Keringat mulai menetes disekujur tubuhku, kurasakan dingin.
Apa yang terjadi? Bukankah aku sudah memutuskan untuk tidak mempertahankan
perasaan ini untukmu? Lalu untuk apa aku berkeras hati datang ke tempat ini? Untuk
apa aku masih menunggumu?
Segala macam pikiran yang tak karuan lalu lalang diotakku. Aahhhh,
diaaaaammmmm!!!! Inginnya aku berteriak seperti itu, tapi tiba-tiba aku sadar
aku bersamamu sekarang. Aku harus bicara.
“ Umm, baik.” Akhirnya kalimat itu keluar dari mulutku. Huft,
kamu tahu perlu berapa energi yang ku kerahkan untuk menjawab pertanyaanmu hari
ini? Entahlah, aku pun tidak yakin bisa menghitugnya.
“ Lalu ada apa, dinda menemui mas disini?”, sambungnya. Aku terhenyak, kembali kurasakan lidahku
kelu. Hanya mampu memalingkan pandangan, tak lagi terpaku pada matanya. Aku
tidak sanggup!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar