Minggu, 03 Agustus 2014

BINGUNG

Tut...tuut..tuut.. tak ada jawaban.  Kemudian suara yang sama hanya dengan tempo yang lebih cepat, tut tut tut suara telepon ditutup dari seberang sana. Baiklah untuk kali ini aku akan menyerah, tapi tidak nanti.
Sudah kucoba hal yang sama beberapa hari sejak hari itu. Tapi hal yang sama pula kudapatkan yaitu penolakan. Entah apa yang sudah terjadi, entah apa yang sudah kulakukan. Beribu kali ku upayakan namun hasilnya masih saja nihil. Tidak ada respon apa pun.

Hari ini, kuputuskan untuk menemuimu di tempat itu setelah ku buat janji sepihak denganmu tak peduli apa jawabanmu. Tempat yang sama beberapa waktu lalu aku dan kamu bertemu. Hanya saja ada yang sedikit berbeda kali ini. Apa? Aku hanya bisa merasakannya, tapi tak mampu ku jelaskan dengan lisanku. Ah, cukup aku dan mungkin kamu pun sama.

Jam 4 sore selepas ashar, matahari masih menampakkan kegagahannya. Aku menunggumu, duduk sendiri sambil memperhatikan orang-orang disekelilingku. Apa mereka melakukan hal yang sama sepertiku?pikirku. Sedang menunggu seseorang kah? Tidak, mungkin hanya aku saja. Yang sedang harap-harap cemas menunggumu lagi.

Waktu berjalan cepat, setengah jam, satu jam berlalu tanpa ada tanda apapun. Baru saja aku memutuskan untukberdiri dari tempatku, ku lihat sosok yang ku kenal itu berjalan ke arahku. Ya aku kenal baik, itu kamu.
Dengan langkah pasti, akhirnya kamu berdiri tepat dihadapanku. Dengan senyum yang sama, kamu masih mau menyapaku. “ Hallo dinda, apa kabar? “ Aku terpaku pada matanya, mata yang sama yang membuatku jatuh hati waktu itu.

Bayangan masa lalu, masa-masa bersamamu seolah ku lihat lagi dimatamu sekarang. Tubuhku kaku, lidahku pun kelu. Tuhan, bantu aku Tuhan bantu aku. Hanya itu yang terpikir olehku saat ini.
Keringat mulai menetes disekujur tubuhku, kurasakan dingin. Apa yang terjadi? Bukankah aku sudah memutuskan untuk tidak mempertahankan perasaan ini untukmu? Lalu untuk apa aku berkeras hati datang ke tempat ini? Untuk apa aku masih menunggumu?

Segala macam pikiran yang tak karuan lalu lalang diotakku. Aahhhh, diaaaaammmmm!!!! Inginnya aku berteriak seperti itu, tapi tiba-tiba aku sadar aku bersamamu sekarang. Aku harus bicara.
“ Umm, baik.” Akhirnya kalimat itu keluar dari mulutku. Huft, kamu tahu perlu berapa energi yang ku kerahkan untuk menjawab pertanyaanmu hari ini? Entahlah, aku pun tidak yakin bisa menghitugnya.
“ Lalu ada apa, dinda menemui mas disini?”, sambungnya.  Aku terhenyak, kembali kurasakan lidahku kelu. Hanya mampu memalingkan pandangan, tak lagi terpaku pada matanya. Aku tidak sanggup!!!


                                


Tidak ada komentar:

Posting Komentar